Senin, 07 Desember 2020

Perilaku Investor

Assalamualaikum teman-teman..

Selamat datang diblog aku, di blog sebelumnya aku sudah membahas tentang pasar modal, kemudian aku sudah meriview buku tentang pasar modal, nah kali ini aku mau menjelaskan tentang "Perilaku Investor"

Yuk disimak teman teman, semoga ini bisa membantu kalian yaa..

Pengertian Perilaku Investor

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Terkadang istilah "investor" ini juga digunakan untuk menyebutkan seseorang yang melakukan pembelian properti, mata uang, komoditi, derivatif, saham perusahaan, ataupun aset lainnya dengan suatu tujuan untuk memperoleh keuntungan dan bukan merupakan profesinya serta hanya untuk suatu jangka pendek saja.

Setiap perusahaan pastinya ingin mempunyai modal yang besar demi berjalannya perusahaan yang maju, berkembang pesat dan sejahtera. Baik sejahtera karyawannya maupun sejahtera bagi konsumennya. Hal tersebut pasti sangat dipikirkan oleh manajer atau pimpinan di setiap perusahaan bagaimana caranya memiliki modal yang besar untuk kemajuan usahanya. Karena pada dasarnya modal untuk keberlangsungan dalam perusahaan tidak hanya cukup dari pemilik saja (manajer perusahaan).

Maka dari itu dibutuhkan modal tambahan, dari mana perusahaan mendapatkan modal? Selain dari modal awal dan laba, salah satu sumber modal perusahaan yaitu dari investasi. Investasi dilakukan oleh para investor yang ingin menginvestasikan hartanya dengan harapan untuk mendapatkan manfaat dimasa yang akan datang.

Perusahaan harus kreatif, mandiri, berinovasi, mempunyai produk unggulan untuk menarik hati para investor. Sehingga para investor akan berlomba-lomba dalam menginvestasikan hartanya. Disini manajerpun dituntut harus berpikir aktif, kritis, kreatif, inovatif, dan sebagainya.

Ketika investor akan menginvestasikan dananya mereka tidak akan semena-mena langsung berinvestasi, tidak akan langsung tertarik begitu saja dengan berbagai yang ditawarkan oleh perusahaan. Para investor akan melihat terlebih dahulu dampak-dampak atau risiko-risiko yang akan ditimbulkan apabila akan berinvestasi.

Para investor akan mempertimbangkan berbagai hal salah satunya adalah risiko. Risiko didefiniskan dalam kamus Webstr’s sebagai “kecalakaan; bahaya; dihadapkan pada kerugian atau kecelakaan.” Oleh karena itu, risiko mengacu pada peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi.

Maka dari itu investor akan bersikap hati-hati dalam mengambil suatu keputusan dalam menyikapi risiko untuk investasi yang lebih baik. Ada tiga sikap investor apabila dihubungkan dengan tingkat risiko yang dapat mereka terima, yaitu pertama tidak senang risiko (risk averse) sikap ini investor tidak senang terhadap risiko. Tentunya, ia memiliki konsekuensi tidak dapat mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi juga. Sikap investor ini biasanya sangat mengutamakan tingkat keamanan investasinya dibandingkan dengan tingkat return yang ditawarkan oleh suatu produk investasi. Dan investor ini masih menggunakan perbankan sebagai saran investasi di SBI atau obligasi pemerintah.

Kedua netral terhadap risiko (risk netral), sikap investor ini adalah investor yang cukup menerima adanya risiko, tetapi tidak akan mau mengambil risiko lebih untuk mencoba mendapatkan tingkat return yang lebih tinggi. Tingkat return yang mereka harapkan biasanya lebih tinggi dari pada investor yang risk averse, dan tentunya mereka juga telah memiliki risiko yang minimal yang dapat diterima. Biasanya, investor ini selain diperbankan juga sudah berani bermain di jenis investasi reksadana; pasar uang; jenis asuransi yang aman, seperti asuransi jiwa, kesehatan, dan umum; maupun obligasi perusahaan pemerintah.

Ketiga menyukai risiko (risk seeker), sikap investor ini biasanya telah mengerti bahwa return yang tinggi akan diikuti dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Mereka sudah berani mencoba mengambil kesempatan dan juga berinvestasi pada produk investasi yang memiliki tingkat risiko relatif tinggi. Biasanya investor ini sudah sangat sedikit menginvestasikan dananya ke perbankan. Umumnya, mereka telah membagi investasinya ke reksadana, asuransi, dan juga sudah mulai berani berinvestasi langsung di saham, bursa komoditi, maupun valas.


Pengertian Investor

Pada prinsipnya, dalam setiap kegiatan usaha akan melibatkan dua instrumen yang saling mendukung, mereka adalah pengelola usaha atau perusahaan dan penyedia dana untuk kebutuhan perusahaan. Penyedia dana sering disebut sebagai investor, mereka merupakan pihak yang menempatkan kelebihan dananya (surplus of fund) untuk kegiatan investasi di sektor usaha yang halal dan produktif.

Lebih spesifik lagi bahwa investor merupakan perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan lain sebagainya.


Perilaku Investor

Perilaku dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam semua aktivitas manusia. Kaitannya dalam perilaku investor dapat dijelaskan bahwa perilaku investor merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh investor yang secara langsung terlibat dalam proses berinvestasinya


Macam-macam Perilaku Investor 

Gambaran macam-macam perilaku investor di pasar modal yang telah dirumuskan Bailard, Biehl & Kaiser sebagaimana dikutip Hartono, klasifikasi investor yang telah dilakukan lembaga investasi di California mengategorikan 5 macam perilaku investor di pasar modal, kemudian orang mengenal dengan sebutan the Five-Way Model yaitu:

  1. Petualang (Adventurers). Investor yang tergolong pada poin ini umumnya tidak memperdulikan risiko, bahkan cenderung untuk menyukai risiko (Risk Takers). Mereka cenderung untuk tidak memperdulikan nasihat para financial advisors karena berbeda pandangan tentang risiko.
  2. Celebrities, perilaku Kelompok ini selalu ingin tampil, menonjol, dan menjadi pusat perhatian. Mereka seringkali tidak terlalu peduli pada perhitungan untung-rugi investasi, asalkan keputusan mereka untuk membeli atau menjual surat berharga dilihat dan didengar oleh orang banyak. Dan mereka tergolong dalam kecenderungan Risk Takers.
  3. Perilaku individualists. Perilaku ini terdiri dari orang-orang yang cenderung untuk bekerja sendiri dan tidak peduli pada keputusan investasi orang lain (jadi merupakan kebalikan dari perilaku yang cenderung untuk mengikuti arus). Mereka cenderung menghindari risiko yang tinggi dan tidak keberatan untuk menghadapi risiko yang moderat.
  4. Guardians. Pola perilaku investor yang beranggotakan investor “matang”, mereka lebih berpengalaman serta berpengetahuan relatif luas. Cenderung mereka sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Ketika mereka didampingi oleh financial advisor, maka pendampingnya itu akan dijadikan teman berdiskusi. Jika ternyata terjadi ”kesalahan” keputusan investasi, kelompok ini cenderung tidak mengkambinghitamkan orang lain, karena merasa telah terlibat langsung dalam proses pemilihan investasi. Mereka yang ada di dalam perilaku kelompok ini pada umumnya lebih bersifat Risk Averse.
  5. Terakhir adalah perilaku kelompok yang tidak dapat secara tegas dimasukkan ke salah satu dari empat kelompok di muka. The Five- Way Model menyebut mereka sebagai kelompok Straight Arrows, yaitu mereka yang tergabung dalam kelompok ini kadang-kadang bersifat sangat Risk Averse, dan terkadang sebaliknya. Suatu ketika mereka mengambil keputusan atas dasar kepercayaan pada kemampuan diri sendiri seperti halnya kelompok individualists, tetapi pada waktu lain lebih menampakkan Sifat Follow The Crowd.


Model Perilaku Investor

Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal (investor) seharusnya melakukan investasi sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa besar dana yang ditanamkan untuk investasi, dan kapan investasi di lakukan. Maka untuk menganalisis kejelasan investasi maka diperlukan pemodelan terhadap perilaku investor dalam berinvestasi.

Beberapa komponen yang mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dari investasi dapat digolongkan menjadi dua faktor, pertama faktor obyektif dan kedua faktor subyektif. Faktor obyektif meliputi teknologi, harga relatif faktor produksi, dan permintaan akan barang-barang pada masa akan datang, sedangkan faktor subyektif adalah pengalaman yang dialami investor baik positif maupun negatif karena bersikap paradoksial.

Ketidakpastian dunia telah menciptakan rel tentang aturan yang disebut Rule Of Thumb (aturan main yang berdasarkan pengalaman dan intuisi)26 sering kali berguna sebagai pedoman, karena masa depan dapat diperoyeksi sama dengan hari kemarin. Maka dari itu, investor tidak bisa selamanya menggunakan aturan ini untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang, sehingga penentuan objektifitas dan subjektifitas tidak dapat dinafikan.

Faktor penting dalam menentukan pilihan investasi pada instrumen obligasi dilihat dari sisi risiko menurut Rahman adalah:

  1. Default Risk (Risiko gagal bayar). Kesulitan penerbit untuk membayar kupon obligasi, sederhanyanya, penerbitan obligasi digunakan untuk menghasilkan arus kas yang lebih baik bagi penerbit. Namun, jika terjadi situasi yang berlawanan, pembayaran kupon pemodal akhirnya terkena dampaknya. Selain tidak mendapatkan kupon, nilai obligasi dimana penerbitnya gagal memenuhi kewajibannya akan berdampak langsung pada harga obligasi yang menurun tajam di pasar sekunder.
  2. Tingkat Suku Bunga. Adanya sifat korelasi antara obligasi dengan tingkat suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi akan turun, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, tingkat suku bunga selalu berlawanan dengan harga obligasi.
  3. Risiko Pembelian Kembali (Call Risk). Risiko obligasi ini ditimbulkan karena fitur obligasi yang berjenis feature call, kebiasaan penerbit melakukannya ketika suku bunga turun sehingga lebih rendah dari tingkat pembayaran kupon. Kemudian penerbit akan menggantikan obligasi tersebut dengan kupon yang lebih rendah dari obligasi sebelumnya.
  4. Biaya Investasi. Inilah sebagian alasan investasi obligasi tidak menjadi pilihan utama. Hal ini didasarkan harga investasi obligasi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan investasi sekuritas yang lain. Disatu sisi satuan jual beli instrumen ini cukup besar.
  5. Pengaruh Deposito. Deposito dan obligasi memiliki banyak kemiripan. Itulah sebabnya instrumen ini memiliki sifat kompetitif. Dimana bisa dilihat ketika bunga obligasi lebih tinggi dari bunga deposito, maka pemodal melepas deposito dan memindahnya ke obligasi. Begitu juga sebaliknya.
  6. Risiko Likuiditas. Obligasi tidak semuanya menarik investor untuk membelinya, karena ketika obligasi itu ada masalah atau pasar masih belum paham dengan keberadaan obligasi, maka pemodal mengalami kesulitan untuk melikuidnya menjadi dana. Sehingga bisa timbul aksi jual yang sengaja menekan harga di bawah par.
  7. Inflasi. Bunga dan nilai par obligasi yang sifatnya tetap dalam jangka waktu lama, bagi investor obligasi keadaan ini harus disikapi dengan pandai untuk mengonversinya dengan tingkat inflasi. Karena perubahan inflasi yang cenderung naik, mengakibatkan kupon yang diterima investor tidak memberikan hasil di masa yang akan datang.


Referensi:

Hutabarat, Nelly. 2020. Makala tentang Perilaku Investor. Diakses 7 Desember 2020 dari nellyimelda.blogspot.com: https://nellyimelda.blogspot.com/2020/10/makala-tentang-perilaku-investor.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar